Syi’ah

Tabligh

S Y I ’A H

 

  1. Pengertian Syi’ah

Para ulama pakar perbandingan aliran Islam mencatat bahwa Syi’ah itu ada 3 jenis golongan:

  1. Syi’ah ‘Ghaliyah’ atau ‘Ghulat’ yang berpandangan esktrim seputar Ali bin Abi Thalib sampai pada taraf menuhankan Ali atau menganggapnya nabi. Kelompok ini sangat jelas kesesatan dan kekafirannya.
  2. Syi’ah ‘Rafidhah’ yang mengklaim adanya nash/teks wasiat penunjukan Ali sebagai khalifah dan berlepas diri dari dan bahkan mencaci dan mengkafirkan para khalifah sebelum Ali dan mayoritas para sahabat nabi. Kelompok ini telah meneguhkan dirinya ke dalam sekte Imamiyah Itsna ‘Asyariah dan Isma’iliyah. Golongan ini disepakati kesesatannya oleh para ulama, tapi secara umum tidak mengkafirkan mereka.
  3. Syi’ah ‘Zaidiyah’ yaitu pengikut Zaid bin Ali Zainal Abidin yang mengutamakan Ali atas sahabat lain dan menghormati serta loyal kepada Abu Bakr dan Umar  sebagai khalifah yang sah.[1]

 

  1. Pokok-pokok keyakinan dan ideologi Syi’ah dalam pandangan Muhammadiyah

Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Ketua PP Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Tajdid menjelaskan pandangan Muhammadiyah sebagai berikut :

  1. ‘Ishmatul A’immah (Kesucian para Imam). Muhammadiyah meyakini bahwa Nabi Muhammad  yang ma’shum. Oleh sebab itu, Muhammadiyah menolak konsep kesucian Imam-Imam (‘ishmat al-A’immah) dalam ajaran Syi’ah.
  2. Al-Washiyah (Washiat Pengganti Nabi). Muhammadiyah meyakini bahwa Nabi Muhammad s.a.w tidak menunjuk siapa pun pengganti beliau sebagai Khalifah. Kekhalifahan setelah beliau diserahkan kepada musyawarah umat, jadi kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum adalah sah. Oleh sebab itu, Muhammadiyah menolak konsep Rafidhahnya Syi’ah.
  3. Kultus terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib. Muhammadiyah menghormati Ali bin Abi Thalib r.a. sebagaimana sahabat-sahabat yang lain, tetapi Muhammadiyah menolak kultus individu terhadap Ali bin Abi Thalib dan keturunannya.
  4. Validitas Hadits. Syi’ah hanya menerima hadis dari jalur Ahlul Bait, ini berakibat ribuan hadis shahih –walaupun diriwayatkan Bukhari Muslim- ditolak oleh Syi’ah. Implikasinya ialah terjadinya banyak sekali perbedaan antara Syi’ah dan Ahlussunnah baik masalah Aqidah, Ibadah, Munakahat, dan lain-lainnya yang tidak dapat dikompromikan.

[1] Majelis Ulama Indonesia, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia, hal. 16-17

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *