Ikhlas Memaafkan: Ketenangan Bagi Jiwa

Syahroni

Ikhlas Memaafkan: Ketenangan Bagi Jiwa

PDKT #14

Pesantren Digital Kabar Tabligh

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kabartabligh.com – Setiap manusia pasti pernah disakiti: ucapan yang menyakitkan, perlakuan yang mengecewakan, atau pengkhianatan yang sulit dilupakan. Namun Islam mengajarkan bahwa memaafkan adalah kemuliaan, bukan kelemahan. Memaafkan bukan berarti kita kalah, tetapi justru menang melawan hawa nafsu dan dendam.

Allah ﷻ berfirman:

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni kalian? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. An-Nur: 22)

Ayat ini menegaskan bahwa keinginan mendapatkan ampunan Allah menjadi alasan terbesar kita memaafkan kesalahan orang lain. Sebab, kita pun memiliki begitu banyak dosa yang ingin diampuni Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا
“Tidaklah sedekah mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba yang memberi maaf kecuali kemuliaan.”
(HR. Muslim)

Lihatlah, memaafkan justru meninggikan derajat seseorang di sisi Allah dan manusia. Karena hakikatnya, memendam dendam hanya menyiksa hati sendiri. Sedangkan memaafkan membebaskan jiwa, menenangkan pikiran, dan membuka pintu kebahagiaan.

Memang memaafkan itu sulit, terutama jika luka masih terasa. Maka, hadirlah doa sebagai kekuatan hati:

“Ya Allah, lunakkan hatiku untuk memaafkan sebagaimana Engkau Maha Pemaaf.”

Apabila keadaan memungkinkan, selain memaafkan, kita dianjurkan membalas keburukan dengan kebaikan. Allah ﷻ berfirman:

اِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ
“Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik.”
(QS. Fussilat: 34)

Memaafkan adalah hadiah untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain. Kita tidak meminta balasan dari mereka, cukup ridha Allah sebagai imbalan terbaik.

Semoga Allah melembutkan hati kita untuk menjadi pemaaf seperti Rasulullah ﷺ yang tetap tersenyum meski disakiti sekalipun.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Syahroni Nur Wachid
Koordinator Dakwah Digital Majelis Tabligh
PDM Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *