Keberkahan Sedekah: Harta yang Tak Pernah Berkurang
Keberkahan Sedekah: Harta yang Tak Pernah Berkurang
PDKT #16
Pesantren Digital Kabar Tabligh
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kabartabligh.com – Banyak orang berpikir bahwa sedekah akan mengurangi harta. Tetapi bagi seorang mukmin, sedekah justru menjadi pintu rezeki dan keberkahan. Harta yang dikeluarkan di jalan Allah tidak pernah hilang, tetapi akan kembali dengan cara yang lebih indah dan berlimpah, baik dalam bentuk kelapangan hidup, ketenangan hati, maupun pertolongan Allah di saat yang tak terduga.
Allah ﷻ berfirman:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir terdapat seratus biji.”
(QS. Al-Baqarah: 261)
Ayat ini menggambarkan betapa Allah melipatgandakan pahala sedekah berkali-kali lipat. Bahkan dalam beberapa kondisi, Allah memberi balasan tanpa batas.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.”
(HR. Muslim)
Ucapan Nabi ﷺ ini adalah jaminan terbaik bagi seorang mukmin. Jika matematika dunia mengatakan berkurang, maka matematika Allah mengatakan bertambah. Karena hakikat harta bukan yang banyak dikumpulkan, melainkan yang memberi manfaat bagi diri dan orang lain.
Sedekah juga menjadi penyelamat di hari kiamat. Ia akan menjadi naungan bagi mereka yang melakukannya dengan ikhlas, jauh dari pamer dan riya. Sedekah yang tulus menjadi bukti cinta kepada Allah dan kepedulian kepada sesama ciptaan-Nya.
Mulailah dari yang terkecil: sebutir nasi, seteguk air, atau sekadar senyuman yang tulus. Sebab Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa setiap kebaikan adalah sedekah.
Semoga Allah menjadikan kita pribadi yang dermawan, ringan tangan dalam membantu, dan sadar bahwa sejatinya semua harta hanya titipan untuk diuji: apakah kita beriman dan berbagi, ataukah kita bakhil dan lalai?
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Syahroni Nur Wachid
Koordinator Dakwah Digital Majelis Tabligh
PDM Surabaya

