Pengertian Keluarga Sakinah

B. Sakinah

Sakinah dalam bahasa Arab, berasal dari sakana-yaskunu-sukunan, artinya tenang, senang, diam, tidak bergerak, tenang setelah bergejolak, menempati rumah, memakai tanda sukun, As-Sakinah, bermakna at-tuma’ninah wal waqar wal mahabbah, artinya ketenangan, kemuliaan, dan kehormatan.

Penyebutan kata sakinah dalam al-Quran terdapat enam ayat, yaitu menggunakan kata sakinah [QS al-Baqarah 248], as-sakinah [QS al-Fath (48): 4, 18], dan sakinatahu [QS at-Taubah (9) : 26, 40] dan [QS al-Fath (48): 26], yang diangkat dalam konteks berbeda. Agar makna itu jelas, di bawah ini dinukilkan ayat-ayat dimaksud.

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنتُمْ مُؤْمِنِينَ.

Dan Nabi mereka mengatakan, “Sesungguhnya tanda bahwa ia akan menjadi raja adalah kembalinya tabut kepadamu. Di dalamnya terdapat sakinah dari Tuhanmu dan sisa-sisa dari keluarga Musa dan keluarga Harun. Tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada kembalinya tabut itu sebagai tanda bagimu jika kamu orang-orang beriman [QS al-Baqarah (2): 248].

ثُمَّ أَنْزَلَ اللهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَٰلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ .

Kemudian Allah menurunkan sakinah-Nya kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang beriman. Dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya. Dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir. Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir [QS at-Taubah (9): 26].

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ.

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya. “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah berserta kita, Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana [QS at-Taubah (9): 40].

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السكينة في قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَاللَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا .

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS al-Fath (48): 4].

لَقَهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا .

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya) [QS al-Fath (48): 18].

إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ علَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا .

Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu [QS al-Fath (48): 26].

Penggunaan kata sakinah dalam enam ayat tersebut pada dasarnya memiliki substansi makna yang sama, yaitu bahwa sakinah itu perasaan tenang yang datang dari Allah. Hanya saja konteksnya berbeda. Pada surah al-Baqarah (2): 248 menjelaskan tentang Tabut yang di dalamnya terdapat lembaran-lembaran Taurat yang merupakan sumber ketenangan bagi mereka yang mengimaninya. Dalam surah at-Taubah (9): 26, penggunaan sakinah dalam konteks “ketenangan” yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw dan kaum mukmin ketika dalam keadaan sulit, menghadapi kaum kafir pada perang Hunain, kemudian Allah menolongnya, sehingga ketenangan dirasakan Nabi saw dan kaum mukmin. Surat at-Taubah ayat 40 menggambarkan ketenangan yang diturunkan kepada Nabi saw dan Abū Bakar di gua Hira’ ketika Abu Bakar merasa khawatir, karena orang-orang Quraisy yang mengejar mereka sampai di gua Hira. Surah al-Fath (48): 4, 18, dan 26 menegaskan bahwa Allah menurunkan sakinah kepada Nabi saw dan kaum mukmin dalam peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, ketika mengalami permasalahan menghadapi kaum kafir Mekah yang menghalangi Nabi dan kaum mukmin memasuki Mekah untuk menunaikan ibadah haji.

Kata sakinah dalam hadis, misalnya dalam sabda Rasulullah saw

عَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ .

Kalian harus tenang (dalam melakukan sesuatu) (HR al-Bukhari).

As-Sakinah lawan katanya al-‘ajalah yang berarti tergesa-gesa. Dengan demikian berbuat kebaikan tidak perlu tergesa-gesa, tetapi dilakukan dengan tenang dan penuh pertimbangan.

Dari makna sakinah dalam ayat-ayat al-Quran maupun hadis mengisyaratkan bahwa secara etimologis kata sakinah memuat pengertian meniadakan sikap ketergesa-gesaan. Kondisi sakinah tidak hadir begitu saja, tetapi harus diusahakan dan diperjuangkan dengan sabar dan tenang. Suami-istri saling memberdayakan baik secara psikologis maupun spiritual, agar terwujud Keluarga Sakinah.

C. Keluarga Sakinah

Munculnya istilah Keluarga Sakinah merupakan penjabaran firman Allah dalam surah ar-Rüm (30): 21, yang menyatakan bahwa tujuan berumah tangga atau berkeluarga adalah untuk mewujudkan ketenteraman atau ketenangan dengan dasar mawaddah wa rahmah (saling mencintai dan penuh kasih sayang).

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمُ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ .

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir [QS ar-Rüm (30): 21].

Dari kata taskunu dalam ayat di atas itulah diturunkan kata sakinah dengan arti tenang atau tenteram. Selanjutnya sakinah dimaknai sebagai kedamaian, ketenteraman, keharmonisan, kekompakan, dan kehangatan. Terwujudnya kesakinahan merupakan hasil dari berkembangnya mawaddah wa rahmah dalam keluarga. Mawaddah dimaknai sebagai rasa saling mencintai dan menyayangi dengan penuh rasa tanggung jawab antara suami-istri. Rahmah bermakna rasa saling simpati yaitu adanya saling pengertian, penghormatan dan tanggung jawab antara yang satu dengan lainnya.

Keluarga Sakinah dapat didefinisikan sebagai “Bangunan keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan tercatat di Kantor Urusan Agama yang dilandasi rasa saling menyayangi dan menghargai dengan penuh rasa tanggung jawab dalam menghadirkan suasana kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat yang diridlai Allah swt”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *