Adab Tidur Sesuai Sunnah Nabi Muhammad SAW 

Kabartabligh.com – Adab tidur dalam Islam bukan sekadar rutinitas harian, melainkan amalan yang memiliki dimensi spiritual mendalam. Mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam tidur dapat mendatangkan keberkahan, ketenangan, serta perlindungan dari godaan setan. Praktik-praktik ini sangat dianjurkan untuk diajarkan dan dibiasakan sejak dini kepada anak-anak, guna membentuk karakter Islami yang kuat.

 

1. Disunnahkan Berwudhu Sebelum Tidur

Berwudhu sebelum tidur adalah amalan yang sangat dianjurkan. Selain membersihkan diri secara fisik, wudhu juga membersihkan diri dari hadas kecil, sehingga seorang Muslim tidur dalam keadaan suci.

عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ”

(رواه البخاري ومسلم)

Dari Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila engkau hendak tidur, maka berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi kananmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

2. Tempat Tidur Harus Bersih

Kebersihan adalah sebagian dari iman. Menjaga kebersihan tempat tidur bukan hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif untuk beristirahat.

Tidak ada dalil spesifik yang menyebutkan perintah untuk membersihkan tempat tidur dalam konteks adab tidur, namun secara umum Islam sangat menganjurkan kebersihan. Sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ (سورة البقرة: 222)

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

Serta hadis Nabi SAW:

الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ (رواه مسلم)

“Kebersihan adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim)

 

3. Membaca Doa atau Dzikir Ketika Hendak Tidur

Sebelum tidur, dianjurkan untuk membaca doa dan dzikir. Salah satu praktik yang diajarkan Rasulullah SAW adalah mengumpulkan kedua telapak tangan, meniupnya, lalu membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas, kemudian mengusapkan telapak tangan ke bagian tubuh yang bisa dijangkau, dan ini dilakukan sebanyak tiga kali.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا: {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} وَ {قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ} وَ {قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ} ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ، يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ. (رواه البخاري)

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha: Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila menuju tempat tidurnya setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya, kemudian meniup padanya (setelah membaca), lalu membaca padanya: “{Qul Huwallahu Ahad}” (Al-Ikhlas), dan “{Qul A’udzu Birabbil Falaq}” (Al-Falaq), dan “{Qul A’udzu Birabbin Nas}” (An-Nas), kemudian beliau mengusapkan dengan kedua tangannya ke tubuhnya semampunya, dimulai dari kepala dan wajahnya serta bagian depan tubuhnya. Beliau melakukan itu tiga kali. (HR. Bukhari)

 

4. Apabila Bermimpi

Islam membedakan antara mimpi baik dan mimpi buruk, serta mengajarkan bagaimana menyikapinya.

a. Mimpi Buruk

Mimpi buruk datangnya dari setan. Apabila bermimpi buruk, seseorang dianjurkan untuk berlindung kepada Allah (berta’awudz), kemudian mengubah posisi tidur, dan tidak menceritakan mimpi tersebut kepada orang lain.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: “إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ اللَّهِ فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا، وَإِذَا رَأَى غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يَكْرَهُ فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ الشَّيْطَانِ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا وَلَا يَذْكُرْهَا لِأَحَدٍ فَإِنَّهَا لَا تَضُرُّهُ”. (رواه البخاري ومسلم)

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian melihat mimpi yang ia sukai, maka sesungguhnya itu dari Allah, maka hendaklah ia memuji Allah atasnya dan menceritakannya. Dan apabila ia melihat selain itu yang ia benci, maka sesungguhnya itu dari setan, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dari keburukannya dan janganlah ia menyebutkannya kepada seorang pun, karena sesungguhnya itu tidak akan membahayakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

b. Mimpi Baik

Mimpi yang baik datangnya dari Allah. Apabila bermimpi baik, dianjurkan untuk mengucapkan “Subhanallah” (atau “Alhamdulillah”) dan menceritakan mimpi tersebut hanya kepada orang yang disukai (yakni, orang yang dapat menafsirkan kebaikan atau yang tidak akan menimbulkan hasad).

Dalilnya sama dengan hadis Abu Sa’id Al-Khudri di atas:

“إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ اللَّهِ فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا”

“Apabila salah seorang di antara kalian melihat mimpi yang ia sukai, maka sesungguhnya itu dari Allah, maka hendaklah ia memuji Allah atasnya dan menceritakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

5. Membaca Doa Bangun Tidur

Setelah bangun dari tidur, seorang Muslim dianjurkan untuk membaca doa bangun tidur sebagai bentuk syukur atas nikmat hidup yang diberikan kembali oleh Allah SWT.

عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ نَوْمِهِ قَالَ: “الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ”. (رواه البخاري)

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila bangun dari tidurnya, beliau mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nyalah kami kembali dibangkitkan.” (HR. Bukhari)

 

6. Merapikan Kembali Tempat Tidur

Meskipun tidak ada dalil khusus yang secara eksplisit menyebutkan perintah untuk merapikan tempat tidur setelah bangun, menjaga kebersihan dan kerapian adalah bagian dari nilai-nilai Islam yang mencintai keindahan dan keteraturan. Ini mencerminkan akhlak mulia seorang Muslim.

Secara umum, Islam menganjurkan kebersihan dan kerapian. Sebagaimana hadis Nabi SAW:

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ (رواه مسلم)

“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.” (HR. Muslim)

Dengan memahami dan mengamalkan adab-adab tidur ini, seorang Muslim tidak hanya mendapatkan kualitas istirahat yang lebih baik, tetapi juga menggapai pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Mengajarkan hal ini kepada anak-anak adalah investasi moral dan spiritual yang tak ternilai harganya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *