Bahaya Fatherless dalam Perspektif Islam: Sebuah Renungan dan Dalil

Kabartabligh.com – Dalam dinamika kehidupan modern yang serba cepat ini, kita seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan yang mengikis nilai-nilai luhur dalam masyarakat. Salah satu fenomena yang kian mengkhawatirkan dan patut menjadi perhatian serius adalah apa yang sering disebut sebagai fatherless, atau ketiadaan peran ayah yang signifikan dalam kehidupan anak-anak.
Fenomena ini, baik karena perceraian, kematian, kesibukan yang berlebihan, atau bahkan ketidakhadiran emosional, memiliki dampak yang mendalam dan berbahaya, tidak hanya pada individu tetapi juga pada tatanan sosial secara keseluruhan. Dalam kesempatan ini, mari kita renungkan bahaya fatherless ini dari perspektif Islam, agama yang sempurna dan menyeluruh.
Islam menempatkan peran ayah pada posisi yang sangat mulia dan vital. Ayah bukan sekadar pencari nafkah, melainkan pilar utama dalam keluarga yang bertanggung jawab atas pendidikan, pembinaan karakter, dan penjagaan akhlak anak-anak. Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW berulang kali menekankan pentingnya peran ini, menunjukkan bahwa ketiadaan atau kelalaian dalam melaksanakannya akan membawa konsekuensi negatif yang serius.
Bahaya Fatherless dalam Perspektif Islam:
- Gangguan Pembentukan Karakter dan Identitas: Kehadiran ayah memberikan model peran bagi anak laki-laki dan standar bagi anak perempuan. Ayah mengajarkan keberanian, tanggung jawab, kepemimpinan, dan kemandirian. Ketika peran ini absen, anak laki-laki cenderung kesulitan dalam mengidentifikasi maskulinitas yang sehat, sementara anak perempuan mungkin mengalami masalah dalam membangun kepercayaan diri dan menghadapi hubungan dengan lawan jenis di kemudian hari. Islam mengajarkan bahwa setiap anak terlahir fitrah, dan orang tua lah yang berperan besar dalam membentuknya.
- Kelemahan dalam Pendidikan Agama dan Akhlak: Ayah memiliki peran krusial dalam menanamkan nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Banyak ayat Al-Qur’an yang mencontohkan bagaimana para nabi dan orang saleh mendidik anak-anak mereka, seperti Lukman Al-Hakim yang memberikan nasihat-nasihat penuh hikmah kepada putranya. Ketiadaan bimbingan langsung dari ayah dapat menyebabkan anak-anak kehilangan arah dalam memahami agama dan menjalankan syariat, sehingga mudah terjerumus pada kemaksiatan dan penyimpangan.
- Masalah Psikologis dan Emosional: Anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah yang memadai seringkali mengalami berbagai masalah psikologis seperti rendahnya harga diri, kecemasan, depresi, dan kesulitan dalam mengelola emosi. Mereka mungkin merasa tidak dicintai, tidak aman, atau bahkan merasa marah dan benci. Dalam Islam, ketenangan jiwa dan stabilitas emosi adalah bagian dari kesejahteraan yang diinginkan.
- Kecenderungan Terhadap Perilaku Menyimpang: Studi-studi sosial menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga fatherless memiliki risiko lebih tinggi untuk terlibat dalam kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, kriminalitas, bahkan menjadi pelaku atau korban kekerasan. Ini karena hilangnya figur otoritas dan teladan yang seharusnya membimbing mereka ke jalan yang benar.
- Dampak Negatif pada Generasi Mendatang: Fenomena fatherless dapat membentuk lingkaran setan yang sulit diputus. Anak-anak yang tumbuh tanpa peran ayah yang kuat cenderung akan mengulang pola yang sama ketika mereka dewasa dan membangun keluarga sendiri. Ini akan melemahkan struktur keluarga dan pada akhirnya merusak tatanan masyarakat.
Dalil-dalil dalam Islam tentang Pentingnya Peran Ayah:
Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW secara eksplisit maupun implisit memberikan petunjuk mengenai pentingnya peran ayah dalam keluarga.
- Perintah untuk Menjaga Diri dan Keluarga dari Api Neraka: Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Ayat ini secara jelas membebankan tanggung jawab kepada kepala keluarga (ayah) untuk menjaga anggota keluarganya, termasuk anak-anak, dari siksa api neraka melalui pendidikan agama dan akhlak.
- Nasihat Luqman kepada Putranya: Kisah Luqman dalam Al-Qur’an adalah contoh nyata bagaimana seorang ayah mendidik dan memberikan nasihat-nasihat agung kepada anaknya. Ini menunjukkan urgensi peran ayah sebagai pendidik utama.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
Ayat-ayat selanjutnya dalam surat Luqman juga berisi nasihat tentang shalat, berbuat baik kepada orang tua, pentingnya kesabaran, dan larangan berbuat sombong, yang semuanya disampaikan oleh seorang ayah kepada putranya.
- Tanggung Jawab Ayah dalam Memberikan Nafkah dan Pendidikan: Nabi Muhammad SAW bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْؤولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْؤولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa ayah adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan memiliki tanggung jawab besar yang akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak, termasuk dalam hal pendidikan dan pembinaan anak-anak.
Saudaraku seiman, fenomena fatherless adalah alarm bagi kita semua. Sebagai umat Islam, kita memiliki panduan yang jelas dari Al-Qur’an dan Sunnah untuk membangun keluarga yang kokoh, di mana peran ayah tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga emosional dan spiritual.
Mari kita dorong para ayah untuk menunaikan amanah besar ini dengan sebaik-baiknya, mendidik anak-anak dengan penuh cinta, keteladanan, dan bimbingan agama. Sebab, investasi terbaik kita bukanlah pada harta benda, melainkan pada pembentukan generasi yang saleh dan salihah, yang akan menjadi penyejuk hati di dunia dan bekal di akhirat.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan hidayah kepada kita semua untuk menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Aamiin.