Meneladani Kalimat Doa dalam Bahasa Arab: Antara Harapan dan Kepastian

Al-Qur’an Diturunkan dalam Bahasa Arab yang Jelas
Kabartabligh.com – Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat manusia dalam bahasa Arab yang jelas dan terang. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:
وَإِنَّهُ لَتَنزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنذِرِينَ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِينٍ
“Dan sungguh, (Al-Qur’an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam. Yang dibawa turun oleh Ar-Rūḥ Al-Amīn (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
(QS. Asy-Syu‘arā’: 192–195)
Penegasan ini menunjukkan bahwa bahasa Arab memiliki struktur yang kuat, jelas, dan sistematis dalam tata bahasanya, sehingga memudahkan pemahaman — baik bagi bangsa Arab sebagai penutur asli, maupun bangsa Ajam (non-Arab) yang ingin mempelajarinya.
Ilmu Bahasa Arab: Kunci Memahami Teks Suci
Untuk memahami teks-teks Arab, khususnya Al-Qur’an, hadis, dan literatur klasik, dibutuhkan penguasaan dua cabang ilmu:
- Ilmu Nahwu: Mengatur struktur kalimat (gramatika).
- Ilmu Sharaf: Mengatur perubahan bentuk kata.
Kedua ilmu ini membantu pembaca memahami teks Arab gundul (tanpa harakat), yang sering dijumpai dalam manuskrip klasik dan kitab-kitab ulama.
Susunan Kalimat Doa dalam Bahasa Arab
Dalam uslub (gaya bahasa) Arab, penyusunan kalimat doa dikenal sebagai kalam du‘ā’iyyah, yakni ungkapan yang mengandung harapan atau permohonan kepada Allah. Kalimat ini terbagi dalam dua bentuk utama:
1. Jumlah Ismiyyah (Kalimat Nominal)
Kalimat yang diawali dengan isim (kata benda) dan diikuti khabar (informasi). Contoh:
- السَّلَامُ عَلَيْكُمْ
“Semoga keselamatan atas kalian.” - عِيسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ
“Isa, semoga baginya keselamatan.”
Kalimat-kalimat ini tidak mengandung fi’il (kata kerja), namun tetap bermakna doa, dengan struktur yang tetap baku.
2. Jumlah Fi’liyyah (Kalimat Verbal)
Kalimat yang diawali fi’il (kata kerja), menunjukkan adanya harapan atau permohonan secara eksplisit. Biasanya terdiri atas fi’il (predikat), fā‘il (subjek), dan maf‘ūl (objek), terutama jika menggunakan fi’il muta‘addī (transitif). Contoh:
- أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
“Abu Hurairah, semoga Allah meridhainya.” - أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ، رَحِمَكُمُ اللَّهُ
“Wahai para hadirin, semoga Allah merahmati kalian.” - جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا
“Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.”
Antara Doa dan Pernyataan: Perlu Diperjelas
Dalam berbagai acara keislaman, sering kita dengar ungkapan seperti:
“Hadirin yang dirahmati Allah…”
Kalimat ini sejatinya adalah pernyataan, bukan doa. Ia menggunakan struktur fi‘il majhūl (kata kerja pasif), yang secara gramatikal menyiratkan bahwa hadirin pasti telah mendapatkan rahmat Allah. Padahal, hanya Allah yang mengetahui siapa yang mendapat rahmat-Nya.
Bandingkan dengan kalimat yang lebih tepat secara do’a:
أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ، رَحِمَكُمُ اللَّهُ
“Wahai para hadirin, semoga Allah merahmati kalian.”
Atau paling tidak, tambahkan lafaz harapan seperti:
“Hadirin yang semoga dirahmati Allah.”
Nabi pun Berdoa Meskipun Dijamin Surga
Menariknya, para sahabat bahkan tetap mendoakan Rasulullah ﷺ, meskipun beliau telah dijamin sebagai penghuni surga. Seperti kalimat:
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Rasulullah, semoga sholawat dan salam tercurah atas beliau.”
Kalimat ini tetap bermakna doa, bukan pernyataan. Hal ini sesuai dengan hadis sahih:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ:
«لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ». قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ»
“Dari Abu Hurairah berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Tidak ada seorang pun yang amalnya dapat memasukkannya ke dalam surga.’ Para sahabat bertanya, ‘Termasuk engkau, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Tidak juga aku, kecuali Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepadaku.’”
(HR. Bukhari no. 5673 dan Muslim no. 2816)
Memahami struktur kalimat dalam bahasa Arab bukan sekadar pelajaran linguistik, melainkan juga cara untuk menghormati adab berdoa dan bermunajat kepada Allah. Kalimat yang tepat, apalagi dalam konteks mendoakan seseorang, menunjukkan kedalaman ilmu dan adab dalam berbahasa.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi pengingat bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam mengucapkan kalimat doa, serta senantiasa belajar dari kekayaan bahasa Al-Qur’an dan sunnah Nabi ﷺ.