Menjadi Muballigh Muda di Era Digital: Strategi Dakwah Sistematis dan Berkarakter

Direktur Ma’had Umar Bin Khattab, Dr Mahsun Jayadi MAg ketika menyampaikan materi dalam Da'i Camp Angkatan I
Direktur Ma’had Umar Bin Khattab, Dr Mahsun Jayadi MAg ketika menyampaikan materi dalam Da'i Camp Angkatan I
Direktur Ma’had Umar Bin Khattab, Dr. Mahsun Jayadi, M.Ag. ketika menyampaikan materi dalam Da’i Camp Angkatan I

KABARTABLIGH.COM – Direktur Ma’had Umar Bin Khattab, Dr. Mahsun Jayadi, M.Ag., menekankan pentingnya peran muballigh muda dalam menjaga ideologi Muhammadiyah. Menurutnya, seorang muballigh muda harus memiliki semangat literasi yang kuat agar mampu menghadapi tantangan dakwah di era digital.

“Penting bagi seorang muballigh muda Muhammadiyah untuk memiliki semangat literasi yang tinggi agar dapat menghadapi berbagai tantangan dakwah di dunia digital ini,” ujarnya dalam kegiatan Da’i Camp yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya, Jumat (21/2/2025).

Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Mahsun menekankan bahwa seorang da’i atau muballigh harus menyampaikan ceramah secara sistematis.

“Dalam menyampaikan materi, kalian harus menyusunnya secara runtut, rapi, dan diakhiri dengan kesimpulan yang jelas. Mengapa demikian? Agar jamaah lebih mudah memahami poin-poin yang kalian sampaikan,” ungkapnya.

Ia juga menjelaskan bahwa terdapat empat jenis dakwah, yaitu:

  1. Dakwah bil lisaanil maqaal (dakwah melalui lisan atau ceramah),
  2. Dakwah bil lisaanil haal (dakwah melalui perbuatan dan keteladanan),
  3. Dakwah bil lisaanil kitaabah (dakwah melalui tulisan), dan
  4. Dakwah bil lisaanil siyaasah (dakwah melalui politik).

Menutup materinya, Ustadz Mahsun menyampaikan bahwa Muhammadiyah memiliki sepuluh karakter yang harus dimiliki oleh setiap da’i, yaitu:

  1. Al-fahmu (pemahaman yang mendalam),
  2. Al-ikhlash (keikhlasan dalam berjuang),
  3. Al-‘amal (aksi nyata dalam dakwah),
  4. Al-jihad (kesungguhan dalam berjuang),
  5. Al-jama’ah (persatuan dan kebersamaan),
  6. At-tha’ah (ketaatan terhadap keputusan organisasi),
  7. At-tadhhiyah (pengorbanan dalam dakwah),
  8. Al-ukhuwah (menjalin persaudaraan yang erat),
  9. At-tsabat (konsistensi dalam berdakwah), dan
  10. At-tajarrud (ketulusan dan kemurnian niat dalam berjuang).

“Seorang da’i Muhammadiyah harus menjadikan sepuluh karakter ini sebagai prinsip dalam berdakwah di masyarakat. Dan yang perlu diingat, Islam yang dikembangkan oleh Muhammadiyah bersifat manhaji, bukan maddzhabi,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *