Mitigasi dan Strategi Tantangan Dakwah di Era Digital

Syahroni Nur Wachid

Mitigasi dan Strategi Tantangan Dakwah di Era Digital

Oleh Syahroni Nur Wachid Koordinator Dakwah Digital Majelis Tabligh PDM Kota Surabaya, Sekretaris PCM Bubutan Kota Surabaya

Kabartabligh.com – Dakwah di era digital menghadapi berbagai tantangan yang memerlukan strategi serta mitigasi yang efektif agar pesan Islam dapat disampaikan secara optimal dan relevan.

Dengan perkembangan teknologi yang pesat, media digital menjadi platform utama untuk menyebarkan pesan agama, namun ada beberapa kendala yang harus diatasi untuk menjaga kualitas dan tujuan dakwah tetap pada jalurnya.

Tantangan Dakwah di Era Digital

1. Distorsi Informasi dan Hoaks Salah satu tantangan terbesar dalam dakwah di era digital adalah maraknya distorsi informasi dan hoaks.

Informasi yang tidak akurat atau bahkan salah bisa dengan cepat menyebar dan diterima oleh publik tanpa adanya verifikasi yang memadai. Ini bisa berdampak pada salah tafsir terhadap ajaran agama dan menimbulkan kesalahpahaman di kalangan masyarakat.

Pentingnya klarifikasi ketika memperoleh informasi, Allah SWT berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat: 6)

2. Konten Negatif dan Serangan Siber Platform digital sering kali dipenuhi oleh konten negatif, seperti ujaran kebencian, fitnah, serta komentar yang merendahkan agama atau dakwah.

Selain itu, para da’i atau lembaga dakwah sering kali menjadi sasaran serangan siber, baik berupa peretasan akun, penyebaran virus, atau kampanye disinformasi yang bertujuan merusak reputasi.

Allah SWT berfirman :

وَلَوْلَآ اِذْ سَمِعْتُمُوْهُ قُلْتُمْ مَّا يَكُوْنُ لَنَآ اَنْ نَّتَكَلَّمَ بِهٰذَاۖ سُبْحٰنَكَ هٰذَا بُهْتَانٌ عَظِيْمٌ

Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar”. (QS. An-Nur 16)

3. Persaingan dengan Konten Sekuler dan Hiburan Di tengah derasnya arus informasi, konten dakwah harus bersaing dengan berbagai jenis konten sekuler dan hiburan yang lebih menarik secara visual maupun emosional.

Remaja dan generasi muda sering kali lebih tertarik pada konten hiburan daripada konten agama yang dinilai kurang menarik atau relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari.

4. Kredibilitas dan Otoritas Dakwah Siapa pun bisa berbicara atas nama agama di media sosial. Hal ini menimbulkan tantangan dalam menentukan siapa yang memiliki otoritas dan kompetensi dalam menyampaikan ajaran Islam.

Banyaknya tokoh agama “instan” yang tidak memiliki pengetahuan mendalam bisa mengakibatkan penyebaran pemahaman yang dangkal atau bahkan salah tentang agama.

5. Etika Berkomunikasi di Media Sosial Media sosial sering kali mendorong cara komunikasi yang singkat dan terburu-buru, sehingga pesan dakwah berpotensi disampaikan dengan cara yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan akhlak Islam.

Diskusi yang memanas dan kurang santun dapat merusak citra Islam sebagai agama yang mengutamakan kedamaian dan toleransi.

عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “من كان يؤمن بالله واليوم الآخر، فليقل خيرًا أو ليصمت …. ” (رواه البخاري ومسلم)

Dari Abi Hurairah ra dari Rasulullah SAW beliau bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mitigasi dan Strategi Menghadapi Tantangan Dakwah di Era Digital

1. Pendidikan Literasi Digital untuk Da’i dan Umat Salah satu mitigasi yang penting adalah memberikan pendidikan literasi digital kepada para da’i dan umat Islam.

Da’i harus memahami bagaimana menggunakan teknologi dengan bijak, termasuk cara memverifikasi informasi, menghindari penyebaran hoaks, dan berinteraksi secara positif di media sosial.

Umat juga perlu dibekali kemampuan untuk menilai sumber informasi yang valid dan membedakan antara kebenaran dan manipulasi.

Hadis Nabi saw yang melarang terburu-buru, termasuk terburu-buru menyebar informasi sebelum ada kejelasannya, sebagaimana sabdanya :

Dari Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Ketengangan itu datang dari Allah SWT dan ketergesaan itu dari
Setan” (HR. Al-Baihaki)

2. Penguatan Otoritas Keilmuan Strategi penting lainnya adalah memperkuat otoritas keilmuan dalam dakwah.

Lembaga-lembaga keagamaan yang kredibel perlu mempertegas perannya dengan menyediakan platform dakwah resmi dan menonjolkan tokoh agama yang memiliki latar belakang pendidikan dan pemahaman yang kuat.

Dengan demikian, masyarakat memiliki rujukan yang jelas ketika mencari informasi agama secara daring.

3. Penggunaan Media yang Kreatif dan Inovatif Untuk bersaing dengan konten sekuler dan hiburan, dakwah harus lebih kreatif dalam penyajian pesan.

Penggunaan video pendek, animasi, infografis, dan podcast dapat menarik minat generasi muda yang lebih menyukai konten visual dan interaktif.

Teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) juga bisa dimanfaatkan untuk menciptakan pengalaman dakwah yang lebih imersif dan menarik.

4. Moderasi Konten dan Penguatan Etika Digital Moderasi konten sangat diperlukan untuk memastikan bahwa dakwah yang disebarkan di dunia maya tetap menjaga etika dan nilai-nilai Islam.

Platform dakwah resmi harus memiliki mekanisme untuk memfilter komentar yang mengandung ujaran kebencian atau perdebatan yang tidak sehat.

Selain itu, penting untuk mengkampanyekan adab dalam berkomunikasi secara online agar diskusi seputar agama tetap sopan dan produktif.

5. Kolaborasi dengan Teknolog dan Pakar Komunikasi Dakwah digital memerlukan keterlibatan para ahli teknologi dan komunikasi.

Da’i bisa bekerja sama dengan teknolog untuk memaksimalkan penggunaan algoritma media sosial, optimasi mesin pencari (SEO), dan analisis data untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Kolaborasi ini juga dapat memastikan bahwa pesan dakwah disampaikan dengan cara yang paling efektif dan efisien.

6. Kampanye Anti-Hoaks dan Verifikasi Informasi Menyebarkan informasi yang benar adalah bagian dari dakwah.

Oleh karena itu, perlu ada kampanye yang kuat untuk melawan hoaks yang berkaitan dengan agama.

Lembaga dakwah bisa bekerja sama dengan platform media sosial dan otoritas terkait untuk memastikan bahwa informasi yang disebarkan adalah valid dan sesuai dengan ajaran Islam yang benar.

Tools verifikasi dan platform pengecekan fakta juga bisa dijadikan sumber yang membantu umat dalam menyaring informasi.

Dari Abdullah ibn Amr RA dari Rasulullah SAW beliau bersabda:

“Orang muslim adalah orang yang mampu membuat rasa aman
orang lain, dengan menjaga lisan dan tangannya. Sedang orang
yang hijrah adalah seseorang yang berpindah guna menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

7. Peningkatan Interaksi Positif Interaksi yang positif dan konstruktif harus menjadi fokus dalam dakwah digital.

Da’i dan pendakwah harus aktif membangun dialog dengan audiens melalui sesi tanya jawab, diskusi online, atau konsultasi agama secara terbuka di media sosial.

Penggunaan bahasa yang bijak dan ramah sangat penting untuk menarik simpati audiens dan menyampaikan pesan dengan efektif.

8. Penetrasi Dakwah melalui Influencer Muslim Dalam era digital, influencer memainkan peran besar dalam membentuk opini publik.

Kolaborasi dengan influencer Muslim yang memiliki pengikut banyak di media sosial dapat menjadi salah satu strategi dakwah yang efektif.

Influencer yang memiliki pemahaman agama yang baik bisa menjadi jembatan dalam menyampaikan pesan-pesan Islam kepada audiens yang lebih luas.

Dakwah di era digital menawarkan peluang besar untuk menyebarkan pesan Islam secara lebih luas dan efektif, tetapi tantangan yang ada tidak dapat diabaikan.

Dengan mitigasi yang tepat seperti pendidikan literasi digital, penguatan otoritas keilmuan, dan moderasi konten, serta strategi inovatif yang memanfaatkan teknologi dan media kreatif, dakwah dapat tetap relevan dan membawa manfaat bagi umat Islam di seluruh dunia.

Teknologi, jika dikelola dengan bijak, dapat menjadi sarana yang kuat dalam menguatkan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat modern.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *