Ustadz Mujiman Beberkan Gaya Muhammadiyah Sampaikan Dakwah Tauhid

KABARTABLIGH.COM – Manusia diciptakan untuk mengesakan Allah melalui pemahaman tauhid yang benar. Hal ini ditekankan oleh Ustadz Mujiman dalam Kajian Sang Pencerah yang digelar oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya bekerja sama dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tambaksari pada Ahad (27/4/2025). Kajian tersebut dilaksanakan di Masjid Sholihin, Tambak Segaran, dan diikuti oleh jamaah dari berbagai kalangan.
Dalam tausiahnya, Ustadz Mujiman mengingatkan bahwa tauhid merupakan fondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Ia mengutip Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah sebagai rujukan utama dalam memahami konsep tauhid yang benar. “Menurut HPT, tauhid yang lurus adalah bagian dari firqah najiyah, yaitu golongan yang selamat. Golongan ini adalah mereka yang konsisten mengikuti ajaran Rasulullah saw. dan para sahabatnya,” ujarnya.
Lebih jauh, Ustadz Mujiman juga mengupas tentang kriteria ibadah dalam perspektif HPT. Ia menjelaskan bahwa ibadah dibagi menjadi dua kategori. Pertama, umuru ta’abbudi, yaitu jenis ibadah yang ketentuannya harus bersumber langsung dari al-Quran dan hadits tanpa boleh ada penambahan atau pengurangan berdasarkan akal semata. Kedua, umuru ghairu ta’abbudi, yakni amalan yang tidak berkaitan langsung dengan tata cara ibadah dan lebih fleksibel sesuai kebutuhan, selama tidak bertentangan dengan prinsip syariat.
Dalam konteks dakwah, Ustadz Mujiman menekankan bahwa Muhammadiyah hadir dengan konsep Islam berkemajuan untuk menjawab tantangan zaman, termasuk krisis tauhid dan degradasi pemahaman terhadap ibadah di tengah masyarakat. “Muhammadiyah tidak hanya berdakwah mengajak orang beribadah, tetapi juga berusaha mengokohkan kembali pondasi ketauhidan umat,” tuturnya.
Ia kemudian menguraikan lima karakter Islam berkemajuan yang menjadi pegangan dakwah Muhammadiyah. Kelima karakter tersebut adalah: menanamkan dan memperkokoh tauhid, berpegang teguh kepada al-Quran dan as-Sunnah, menghidupkan semangat ijtihad dan tajdid (pembaharuan), mengembangkan prinsip wasathiyah (moderasi) dalam beragama, serta mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin).
“Kelima karakter ini bukan sekadar konsep, tetapi harus menjadi ruh dalam setiap aktivitas dakwah kita. Dengan dasar ini, dakwah Muhammadiyah akan tetap relevan dan kokoh menghadapi berbagai tantangan zaman, termasuk tantangan di era digital ini,” paparnya.
Di akhir tausiahnya, Ustadz Mujiman memberikan penegasan penting bahwa dakwah tauhid Muhammadiyah harus bersih dari unsur tahayul, bid’ah, dan churafat (TBC). Ia mengingatkan bahwa TBC masih menjadi tantangan serius yang harus dilawan, terutama di tengah derasnya arus informasi dan budaya digital saat ini. “Dakwah kita harus terus mengajak masyarakat kepada tauhid yang murni dan menjauhkan mereka dari segala bentuk penyimpangan dalam beragama. Perlawanan terhadap TBC adalah bagian dari komitmen dakwah Muhammadiyah yang tidak boleh surut,” pungkasnya.
Acara ini menjadi pengingat bagi seluruh kader dan simpatisan Muhammadiyah untuk terus memperkuat dakwah ketauhidan dengan cara yang cerdas, bersumber dari ajaran murni Islam, serta relevan dengan perkembangan zaman. (*)