BILA KITA RINDU RAMADHAN

Imam Syaukani

Ngaji Dino Iki # 1883

BILA KITA RINDU RAMADHAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

If you really miss Ramadhan and want the same feeling back, spend your days and nights as you did in Ramadhan.
(“Jika kamu benar-benar merindukan Ramadan dan ingin merasakan nuansanya lagi, isilah siang dan malammu sebagaimana sa’at Ramadan.”)

Ramadan telah pergi. Namun bila ruhnya tetap hidup dalam diri kita, Ramadan tak akan sirna.
Keistiqamahan adalah pilihan amalan yang kita tekuni. Yang utama adalah berpuasa Syawwal.
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Shahih Muslim 1984: “Siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa.”

Kemudian menghidupkan malam.
Allah swt telah berfirman:
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ — وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
They were in the habit of sleeping but little by night, — And in the hours of early dawn, they (were found) praying for Forgiveness.
Artinya:
“Mereka sedikit tidur di malam hari, dan di akhir malam mereka memohon ampun.” (QS. Adz-Dzariyat: 17-18).

Ibnul Qayyim berkata:
“Qiyamul lail adalah kemuliaan seorang mukmin, cahaya hatinya, dan tanda kecintaannya pada Rabbnya.”

Mari hidupkan sebagian malam kita bak Ramadhan, dengan istighfar, muhasabah, tilawah al Qur’an, dan tahajud, banyak bersedekah, serta do’a dan berdzikir kepada-Nya.

Bersamaan dengan itu semua, kita musti menjaga amalan agar keberkahan Ramadhan tidak tercabut dari kehidupan kita.

Rasulallah saw mengingatkan:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ
Sunan Ibnu Majah 1680: “Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan pahala selain lapar, dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan pahala selain begadang. “

Rasulallah saw juga bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Shahih Bukhari 1770: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan keji dan berbuat keji, Allah tidak butuh orang itu meninggalkan makan dan minumnya”(Allah swt tidak butuh puasa mereka -pent).

Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dari sahabatmu

Dr. Imam Syaukani, MA
Wakil ketua PDM Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *