Fenomena ke Mekkah dengan Bersepeda dan Jalan Kaki: Ibadah atau Sensasi?

Kabartabligh.com

Muhammad Rafi Ardiansyah
(Sekretaris MTT PDM Kabupaten Pasuruan)

Perjalanan ke Mekkah merupakan momen sakral bagi umat Islam. Namun, belakangan ini, muncul tren di mana ada yang menempuh perjalanan ke Mekkah dengan berjalan kaki atau bersepeda.

Tak jarang, perjalanan ini diabadikan dalam foto dan video lalu dibagikan di media sosial. Banyak yang menganggapnya sebagai bukti keteguhan iman, tetapi ada pula yang mempertanyakan motivasi di balik aksi tersebut.

Apakah ini murni ibadah atau hanya sensasi untuk mendapatkan popularitas?

  1. Romantisasi Kesulitan
    Banyak orang mengibaratkan perjalanan ekstrem ini sebagai bentuk jihad modern. Namun, Islam tidak menganjurkan umatnya menyulitkan diri tanpa alasan yang jelas. Jika memang Allah menyediakan kemudahan, mengapa harus memilih jalan yang berat demi konten media sosial?
  2. Eksploitasi Nilai Agama
    Dukungan yang berlebihan, seperti pengumpulan dana, bantuan ketika dalam perjalanan atau promosi di media sosial, bisa mendorong orang lain mengikuti jejak serupa. Hal ini berisiko membuat ibadah berubah menjadi ajang pamer bahkan menjadi kesempatan meminta-minta, bukan bentuk penghambaan yang tulus.
  3. Pengukuran Spiritualitas yang Salah
    Menilai keimanan seseorang dari seberapa ekstrem perjalanan yang ditempuh adalah cara yang keliru. Ada banyak cara lain untuk menunjukkan keteguhan iman tanpa harus melakukan perjalanan yang melelahkan dan penuh risiko.

Poin utama yang perlu kita ketahui bersama, bahwa Allah menghendaki agama Islam menjadi agama yang mudah dan penuh kemudahan.


Penting bagi kita untuk selalu mengutamakan niat dan menjaga kesucian ibadah. Ibadah yang sebenarnya bukan tentang seberapa ekstrem perjuangan yang ditunjukkan, melainkan seberapa dekat hati kita dengan Allah dan bagaimana kita bermanfaat bagi sesama.

Wallahu a’lam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *