HIDUPLAH DENGAN WAKTU TERBATAS

Imam Syaukani

Ngaji Dino Iki: # 1701

HIDUPLAH DENGAN WAKTU TERBATAS

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

The world is a bridge, and a bridge should not be taken as a home
(“Dunia adalah sebuah jembatan. Dan jembatan tak boleh dianggap sebagai rumah.”)

Allah swt telah berfirman:
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ
Allah doth enlarge, or grant by (strict) measure, the Sustenance (which He giveth) to whom so He pleaseth. (The worldly) rejoice in the life of this world: but the life of this world is but little comfort in the Hereafter.
Artinya:
Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal “Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang sedikit dibanding kehidupan akhirat.” (Ar-Ra’d: 26).

Karenanya Nabi Muhammad saw pun mengumpamakan dirinya di dunia bagai seorang pengembara yang berteduh dan beristirahat di bawah pohon lalu meninggalkannya. Sebagaimana riwayat hadits:
Dari ‘Alqamah dari Abdullah ia berkata; Rasulullah saw berbaring di atas tikar, lalu membekas di pundaknya, ketika beliau bangun, aku mengusap pundaknya seraya berkata; Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberi izin kepada kami agar kami menghamparkan sesuatu untuk engkau di atas tikar? Lalu Rasulullah saw bersabda:
مَا لِي وَلِلدُّنْيَا مَا أَنَا وَالدُّنْيَا إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَرَاكِبٍ ظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
Musnad Ahmad 3525: “Apa urusanku dengan dunia ini? Apalah aku dan dunia? Sesungguhnya perumpamaan aku dengan dunia hanyalah seperti seorang pengembara yang berteduh di bawah sebatang pohon kemudian beristirahat dan meninggalkannya.”

Lebih jauh Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa, pada hakikatnya bukanlah dunia yang tercela, tetapi yang tercela adalah perbuatan manusia.

Ketika kehidupan dunia ini didominasi oleh hawa nafsu untuk mengeruk keuntungan, kelalaian, kehidupan yang jauh dari Allah, maka dunia akan tercela dalam keadaan bagaimanapun.

Syaikh Zainuddin Al-Malibary berkata:
“Barang siapa mengambil dunia melebihi kapasitas kegunaannya, maka ia telah memilih jalan kematiannya (neraka) tanpa ia sadari.”

Semoga bermanfaat
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dari sahabat mu

Dr. Imam Syaukani, MA
Wakil Ketua PDM Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *