Masa Depan Generasi Digital Terancam, Ketua Majelis Tabligh PDM Surabaya Beri Peringatan Tegas

KABARTABLIGH.COM – Masa depan generasi muda di era digital dinilai menghadapi ancaman serius, mulai dari krisis identitas hingga terjerumus dalam pergaulan bebas. Hal ini disampaikan oleh Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya, Imam Sapari, S.HI., M.Pd.I, dalam kegiatan parenting bertajuk “Generasi Siap Bekal di Era Digital” yang digelar di SMP Muhammadiyah 4 Surabaya, Sabtu (2/8/2025).
Dalam pemaparannya, Imam Sapari menyoroti beragam persoalan yang menimpa remaja saat ini. Mulai dari perasaan tidak percaya diri terhadap penampilan, lemahnya kemampuan akademik dan bakat, hingga kecenderungan mudah mengalami depresi.
“Potret buram generasi kita terlihat dari lemahnya komunikasi dan sopan santun, maraknya bullying, serta jebakan percintaan palsu yang dipenuhi hawa nafsu,” ungkapnya prihatin. Ia juga menambahkan, kecanduan gawai menjadi salah satu akar masalah yang menyebabkan gangguan jiwa, sikap cuek, dan rasa malas.
Imam Sapari memaparkan data bahwa jumlah pengguna smartphone di Indonesia mencapai 167 juta orang atau 89 persen dari total penduduk. Ironisnya, usia minimal pengguna media sosial di Indonesia kini turun hingga 6 tahun akibat dampak pembelajaran daring.
“Indonesia bahkan menduduki peringkat terendah dalam tingkat kesopanan pengguna internet di Asia Tenggara. Itu data lima tahun lalu, belum termasuk data terbaru saat ini,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan adanya “7 Setan Masa Kini” yang mengintai generasi muda, yaitu gaya hidup borjuis, televisi dan artisnya, teman atau komunitas yang menyesatkan, game online, rokok dan narkoba, internet dan media sosial, serta video porno yang kerap berujung pada pelecehan seksual.
Lebih lanjut, Imam Sapari menyampaikan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 yang menunjukkan tingginya angka pergaulan bebas. Mayoritas remaja usia 15-17 tahun dilaporkan telah berpacaran, dengan 64 persen remaja putri dan 75 persen remaja putra pernah berpegangan tangan, 30 persen putri dan 50 persen putra pernah berpelukan, bahkan 5 persen putri dan 22 persen putra telah melakukan hubungan seksual.
“Bahkan data dari BKKBN 2010 menunjukkan bahwa 51 persen remaja di kota-kota besar, termasuk 54 persen di Surabaya, telah kehilangan keperawanannya,” tambahnya.
Menanggapi kondisi ini, Imam Sapari—yang akrab disapa Gus ImSap—menekankan pentingnya peran orang tua dalam menumbuhkan “Jiwa Profetik Anak di Era Digital”. Strategi yang bisa dilakukan meliputi: memperkuat akidah, menguatkan doktrin ibadah, membekali anak dengan akhlak yang kuat, melatih kecakapan dan keterampilan dasar, melibatkan anak secara aktif dalam kegiatan persyarikatan, serta mengembangkan ketangguhan fisik dan psikis.
Mengakhiri kajiannya, Imam Sapari mengingatkan pesan Luqman kepada anaknya agar memperkuat akidah dan menjauhi syirik, berbakti kepada orang tua, selalu merasa diawasi oleh Allah, menegakkan shalat, bersabar menghadapi cobaan, menghormati sesama, bersikap rendah hati, dan berbicara dengan santun.
Pengajian ini diharapkan mampu membuka mata para orang tua dan masyarakat akan urgensi pembekalan diri bagi generasi digital agar siap menghadapi masa depan yang penuh tantangan. (*)
Penulis Syahroni Nur Wachid Editor Wildan Nanda Rahmatullah