Membentuk Muballigh Muhammadiyah yang Berkualitas di Era Digital

Oleh Syahroni Nur Wachid
Kabartabligh.com – Dalam era digital dan globalisasi, tantangan dakwah semakin kompleks. Masyarakat yang semakin terpapar arus informasi membutuhkan pendekatan dakwah yang lebih cerdas, relevan, dan efektif.
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid (pembaharuan) terus beradaptasi dengan perubahan zaman melalui sistem pelatihan muballigh yang komprehensif.
Dakwah Berbasis Ilmu dan Spirit Tajdid
Dakwah Muhammadiyah berpijak pada semangat Al-Qur’an dan Sunnah. Firman Allah dalam QS. Ali Imran: 104 menegaskan pentingnya keberadaan kelompok yang menyeru kepada kebaikan, sementara QS. An-Nahl: 125 menggarisbawahi metode dakwah berbasis hikmah, nasihat yang baik, dan dialog yang santun.
Rasulullah SAW juga mencontohkan pendekatan dakwah yang berlandaskan keteladanan dan pemahaman sosial yang mendalam.
Dalam konteks Muhammadiyah, dakwah tidak hanya menyampaikan ajaran Islam, tetapi juga membawa misi tajdid.
Semangat pembaruan yang diperkenalkan KH. Ahmad Dahlan mengajarkan bahwa muballigh harus responsif terhadap perkembangan zaman. Dakwah yang stagnan tanpa inovasi akan sulit diterima oleh generasi muda yang terbiasa dengan dinamika digital.
Membentuk Muballigh yang Berintegritas dan Berwawasan Luas
Pelatihan muballigh Muhammadiyah tidak hanya membekali peserta dengan ilmu agama, tetapi juga membentuk kepribadian yang kuat. Meneladani tokoh seperti Buya Hamka, seorang muballigh harus mampu berdakwah dengan santun namun berbobot.
Ketajaman berpikir, kedalaman spiritual, dan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari menjadi modal utama seorang pendakwah yang berpengaruh.
Selain itu, muballigh Muhammadiyah dituntut memahami fiqih ibadah secara aplikatif, seperti tata cara shalat dalam perjalanan (jama’-qashar), shalat malam, serta panduan puasa dan zakat sesuai prinsip Muhammadiyah.
Pemahaman ini memastikan bahwa dakwah tidak sekadar teori, tetapi mampu memberikan solusi bagi umat dalam menjalankan ajaran Islam dengan benar.
Strategi Dakwah: Dari Mimbar ke Media Digital
Muhammadiyah mengusung konsep Islam Berkemajuan, yang berarti dakwah harus terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.
Salah satu strategi yang diterapkan adalah pemanfaatan media sosial dan teknologi digital sebagai sarana dakwah. Di era di mana generasi muda lebih banyak mengakses informasi melalui platform digital, muballigh harus mampu menggunakan media ini secara efektif.
Selain itu, pendekatan dakwah berbasis hikmah sangat ditekankan. Dakwah tidak boleh berorientasi pada fanatisme buta, tetapi harus berbasis ilmu dan rasionalitas. Perbedaan pendapat yang sering muncul dalam diskusi keagamaan perlu disikapi dengan adab al-ikhtilaf, yaitu menghormati perbedaan dalam batasan yang dibenarkan syariat.
Pelatihan Muballigh: Dari Teori ke Praktik
Untuk menghasilkan muballigh yang kompeten, Muhammadiyah memiliki sistem pendidikan dan pelatihan yang terstruktur. Model pelatihannya mencakup berbagai metode, mulai dari workshop, mentoring, hingga pembelajaran berbasis pengalaman.
Jenjang pelatihan pun disusun mulai dari muballigh pemula hingga muballigh senior yang bertindak sebagai pembina.
Selain pembekalan ilmu, aspek keinstrukturan juga menjadi perhatian. Pelatihan mencakup keterampilan komunikasi efektif, manajemen kelas, metode diskusi, hingga teknik ice breaking agar dakwah lebih interaktif dan tidak monoton.
Bahkan, survei dan evaluasi rutin diterapkan untuk mengukur efektivitas dakwah di lapangan.
Dakwah yang Mengakar dan Berorientasi Solusi
Dakwah Muhammadiyah tidak hanya menitikberatkan pada penyampaian ceramah, tetapi juga penguatan peran sosial muballigh.
Pendakwah diharapkan menjadi penggerak perubahan di masyarakat dengan membawa solusi atas problematika keumatan. Program seperti KoPi Ngaji menjadi contoh bagaimana diskusi keislaman dapat dikemas secara menarik dan solutif.
Selain itu, pelatihan juga dilengkapi dengan kegiatan outbound dan penguatan kerja sama tim, agar muballigh tidak hanya kuat secara individu, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan yang solid.
Setiap peserta pelatihan juga diarahkan untuk menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL), sehingga dakwah mereka memiliki arah yang jelas dan terukur.
Pelatihan muballigh Muhammadiyah dirancang untuk membentuk pendakwah yang tidak hanya paham agama, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat dan strategi dakwah yang relevan dengan zaman.
Dengan pendekatan berbasis ilmu, teknologi, dan pengalaman, Muhammadiyah berupaya menjaga keberlanjutan dakwah yang berkemajuan.
Dakwah yang efektif bukan hanya soal menyampaikan pesan, tetapi juga bagaimana pesan itu diterima dan membekas dalam hati masyarakat.
Oleh karena itu, penguatan kapasitas muballigh menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan dakwah di era digital ini.