Prof Ambo Asse: Kalender Hijriah Global Tunggal Kunci Persatuan Hari Raya Umat Islam

Kabartabligh.com – Persatuan umat Islam dalam pelaksanaan ibadah, khususnya dalam penetapan Hari Raya Idul fitri dan Idul adha, masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan. Realitas menunjukkan bahwa pelaksanaan Shalat Idul fitri seringkali berlangsung di hari yang berbeda di antara umat Islam.
- Menanggapi fenomena tersebut, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan, Prof. Dr. KH. Ambo Asse, M.Ag., menegaskan pentingnya penyatuan hari raya melalui penerapan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT).
“Hari raya seharusnya hanya satu hari, baik Idulfitri maupun Iduladha. Solusi untuk menyatukan hari dan tanggal hanyalah melalui Kalender Hijriah Global Tunggal,” ujarnya saat memberikan materi dalam Pelatihan Kader Tarjih Nasional Batch I untuk Indonesia Bagian Timur, Rabu (30/5/2025), di Hotel Aryaduta, Pantai Losari, Makassar.
Prof. Ambo Asse menjelaskan, KHGT didasarkan pada prinsip Ittihadul Mathali’ (kesatuan wilayah) dan menggunakan metode Imkanur Ru’yah (kemungkinan terlihatnya hilal), dengan kriteria ketinggian bulan minimal 5 derajat dan elongasi 8 derajat. Standar ini melebihi kriteria yang telah disepakati oleh MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Konsekuensi dari penerapan KHGT ini adalah Muhammadiyah harus meninggalkan metode Wujudul Hilal yang selama beberapa tahun terakhir menjadi acuan resmi organisasi. Namun, menurut Prof. Ambo Asse, hal ini tidak menjadi masalah karena perbedaan metode tersebut merupakan wilayah ijtihadi (rasional), bukan ta’abbudi (ibadah ritual yang bersifat tetap).
“Siapa pun yang menggunakan metode dengan pendekatan dan kriteria yang sama, insya Allah akan menghasilkan keputusan yang sama pula,” tambahnya.
Muhammadiyah akan mempersembahkan KHGT sebagai kontribusi monumental dalam peradaban Islam global, dengan peluncuran resmi yang direncanakan pada 29 Juni 2025 di Yogyakarta.
Prof. Ambo Asse berharap penerapan KHGT dapat menjadi simbol nyata persatuan umat Islam di seluruh dunia. “Dengan catatan, semua ormas Islam harus rela meninggalkan ego sektoral masing-masing demi kejayaan umat Islam secara global,” tutupnya.
Penulis Rustang