Talk Less, Impact More: Seni Berbicara yang Berkah

Kabartabligh.com – Akhlak mulia merupakan fondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim, termasuk bagi wanita dalam kehidupan pribadinya. Salah satu aspek penting dari akhlak tersebut adalah menjaga lisan dalam berbicara dan perkataan. Dalam era digital saat ini, di mana informasi dapat tersebar luas dalam hitungan detik, kemampuan untuk mengendalikan ucapan menjadi semakin krusial. Artikel ini akan membahas pentingnya menjaga lisan bagi wanita, didukung oleh dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadis, serta fenomena terkini yang terkait.
Pentingnya Menjaga Lisan dalam Islam
Islam menekankan pentingnya menjaga lisan sebagai bagian dari akhlak yang baik. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا”
“Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 83)
Ayat ini menekankan kewajiban bagi setiap Muslim untuk berbicara dengan baik kepada sesama manusia. Selain itu, Rasulullah SAW bersabda:
“مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ”
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menekankan bahwa menjaga ucapan adalah tanda keimanan seseorang.
Peran Wanita dalam Menjaga Lisan
Wanita memiliki peran sentral dalam membentuk karakter generasi mendatang. Sebagai ibu, istri, dan anggota masyarakat, ucapan dan perilaku mereka menjadi teladan bagi anak-anak dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, menjaga lisan bukan hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga pada pembentukan akhlak keluarga dan masyarakat.
Fenomena Terkini: Tantangan di Era Digital
Di era digital, media sosial menjadi platform utama untuk berkomunikasi. Sayangnya, tidak jarang platform ini digunakan untuk menyebarkan fitnah, gosip, atau ujaran kebencian. Data menunjukkan bahwa perempuan sering menjadi korban kekerasan berbasis gender online (KBGO). Menurut laporan SAFEnet, 78% kasus doxing pada tahun 2020 menargetkan aktivis dan jurnalis perempuan.
Selain itu, survei Komnas Perempuan pada tahun 2020 mengungkapkan bahwa ketegangan dalam keluarga meningkat selama pandemi, terutama pada pasangan dengan anak usia sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan eksternal dapat mempengaruhi kualitas komunikasi dalam rumah tangga.
Dampak Negatif dari Tidak Menjaga Lisan
Tidak menjaga lisan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain:
- Fitnah dan Gosip: Menyebarkan informasi yang belum tentu benar dapat merusak reputasi seseorang dan menimbulkan perpecahan dalam masyarakat.
- Ujaran Kebencian: Ucapan yang mengandung kebencian dapat memicu konflik dan merusak keharmonisan sosial.
- Kekerasan Verbal: Ucapan kasar atau merendahkan dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban.
Langkah-langkah Praktis untuk Menjaga Lisan
Untuk menghindari dampak negatif tersebut, berikut beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan:
- Berpikir Sebelum Berbicara: Pertimbangkan dampak ucapan sebelum mengeluarkannya.
- Menghindari Gosip: Jangan terlibat dalam pembicaraan yang membahas keburukan orang lain.
- Berbicara dengan Lemah Lembut: Gunakan kata-kata yang sopan dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
- Menggunakan Media Sosial dengan Bijak: Hindari menyebarkan informasi yang belum terverifikasi dan jauhi perdebatan yang tidak produktif.
Menjaga lisan adalah bagian integral dari akhlak seorang Muslimah. Dalam kehidupan pribadi, kemampuan untuk mengendalikan ucapan mencerminkan kedewasaan dan kebijaksanaan seseorang. Dengan menjaga lisan, kita tidak hanya melindungi diri dari dosa, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang harmonis dan penuh kasih sayang. Semoga kita semua dapat mengamalkan ajaran Islam dalam menjaga lisan dan menjadikannya sebagai cerminan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.