BAHAYA PUJIAN DAN PENTINGNYA KRITIKAN

Imam Syaukani

Ngaji Dino Iki: # 1742

BAHAYA PUJIAN DAN PENTINGNYA KRITIKAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

The Trouble with most of us is that we’d rather be ruined by praise than saves by criticism
(“Masalah di kebanyakan manusia adalah kita lebih suka dirusak oleh pujian daripada diselamatkan oleh kritikan.”)

Ada yang bertanya:
“Kapan seorang hamba bisa mengetahui dirinya itu ikhlas?”
Lalu Dzun Nuun Al Mishri menjawab: “Jika ia telah mencurahkan segala usahanya untuk melakukan kebenaran dan ia tidak gila pujian manusia.”
Karena pujian orang bisa mengakibatkan kita berbangga diri (ujub).

Rasulullah saw mengingatkan:
بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ تَخَيَّلَ وَاخْتَالَ وَنَسِيَ الْكَبِيرَ الْمُتَعَالِ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ تَجَبَّرَ وَاعْتَدَى وَنَسِيَ الْجَبَّارَ الْأَعْلَى بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ سَهَا وَلَهَا وَنَسِيَ الْمَقَابِرَ وَالْبِلَى بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ عَتَا وَطَغَى وَنَسِيَ الْمُبْتَدَا وَالْمُنْتَهَى بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ يَخْتِلُ الدُّنْيَا بِالدِّينِ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ يَخْتِلُ الدِّينَ بِالشُّبُهَاتِ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ طَمَعٌ يَقُودُهُ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ هَوًى يُضِلُّهُ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ رَغَبٌ يُذِلُّهُ
Sunan Tirmidzi 2372: “Seburuk buruk hamba adalah hamba yang sombong, berbangga diri dan lupa terhadap Dzat yang maha besar dan maha tinggi. Seburuk buruk hamba adalah hamba yang dictator dan kejam dan dia lupa terhadap Dzat yang maha perkasa lagi maha tinggi. Seburuk buruk hamba adalah hamba yang lupa dan lalai dan lupa akan kuburan dan ujian. Seburuk buruk hamba adalah hamba yang melampaui batas dan berlebih lebihan, lupa terhadap adanya permulaan dan kesudahan.Seburuk buruk hamba adalah hamba yang mencari dunia dengan mengorbankan agama. Seburuk buruk hamba adalah hamba yang mencari agama dengan hal hal yang syubhat. Seburuk buruk hamba adalah hamba yang dikendalikan oleh sifat tamak. Seburuk buruk hamba adalah hamba yang dikuasai oleh hawa nafsu yang menyesatkannya dan Seburuk buruk hamba adalah hamba yang dikuasai sifat rakus yang menjadikannya hina.”

Ibnu ‘Atho’illah di dalam Al-Hikamnya berkata:
“Seharusnya engkau menjadikannya cambuk atas pujian tersebut. Karena ingatlah orang yang paling bodoh adalah yang dirinya itu percaya akan pujian manusia padahal ia yakin akan kekurangan dirinya.”

Semoga kita bisa memiliki suasana bekerja yang saling bisa berbicara terus terang.
Kritikan tidak dianggap ofensif, namun masukan untuk self-improvement.

Semoga bermanfaat
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dari sahabat mu

Dr. Imam Syaukani, MA
Wakil Ketua PDM Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *