GAYA PEMIMPIN HEBAT

Imam Syaukani

Ngaji Dino Iki # 1893

GAYA PEMIMPIN HEBAT

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Leaders must be willing to let go of what worked yesterday and learn new ways of seeing, doing and leading.
(“Pemimpin harus bersedia meninggalkan apa yang telah dicapai kemarin dan mempelajari cara baru dalam melihat, bekerja, dan memimpin.”)

Rasulullah saw telah bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ فِي مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Shahih Bukhari 2232: “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Kepala Negara adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.”

Keberhasilan tidak membuat seorang pemimpin yang baik euforia apa lagi besar kepala.
Pemimpin harus melanjutkan perjalanan organisasinya untuk:

  1. Meraih milestone pencapaian berikutnya.
  2. Terus memperluas wawasan, melakukan perbaikan tata kelola.
  3. Selalu memperdalam kearifan dan untuk bisa memimpin dan mengayomi.
  4. Membentuk budaya kerja yang tangguh di era disruptif seperti sekarang ini.

Pemimpin itu selalu tekun dalam melaksanakan tugas.
Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
مَنْ أَصَابَ مِنْ شَيْءٍ فَلْيَلْزَمْهُ
Sunan Ibnu Majah 2138: “Barangsiapa diberi sesuatu maka tekunilah ia.”

Ibnul Qayyim di dalam al-Fawa’id berkata:
“Para pencari Allah dan Akhirat berusaha untuk memperoleh semua pengetahuan, produktivitas, dan kepemimpinan… Ia harus tenang, terus berpikir, dan tidak tergerak oleh manisnya pujian atau sakitnya kritikan… Ia harus berdikari, menyemangati dirinya sendiri melalui raja’ dan khauf, dan harus berusaha menjadi yang terbaik di antara kelompoknya.”

Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dari sahabatmu

Dr. Imam Syaukani, MA
Wakil ketua PDM Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *