Pengajian Matahari Terbit: Evaluasi Diri dan Perkuat Akidah, Ibadah, Muamalah, dan Akhlak

Kabartabligh.com – Majelis Tabligh PCM Gubeng Kota Surabaya menggelar pengajian Matahari Terbit dengan tema besar refleksi dan akselerasi amal kebaikan, Sabtu (4/5/2025). Dalam suasana penuh semangat, penceramah mengingatkan pentingnya perubahan diri menuju kualitas yang lebih baik setelah menjalani ibadah Ramadhan.

“Setelah Ramadhan, kita harus mengevaluasi diri: apakah kita menjadi lebih baik, sama saja, atau malah lebih buruk. Kalau lebih baik, beruntung. Kalau sama, rugi. Tapi kalau lebih buruk, celaka,” ujarnya mengawali tausiyah.

Ia mengajak jamaah untuk tidak terjebak dalam godaan dunia dan memperingatkan agar menjauhi kesyirikan. “Umur kita seperti es batu, mau digunakan atau tidak, akan tetap mencair. Jatah hidup semakin berkurang. Maka perlu akselerasi dalam kebaikan, fastabiqul khairat,” katanya penuh semangat.

Penceramah menekankan empat aspek penting dalam kehidupan beriman: akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak.

1. Akidah sebagai Pondasi Utama

“Akidah adalah fondasi. Selama 13 tahun Nabi menggembleng akidah di Makkah. Kalimat laa ilaha illallah harus benar-benar tertanam kuat di hati. Kita harus mantap menyembah hanya kepada Allah,” terangnya. Ia juga mengingatkan bahwa sholat lima waktu menjadi penguat iman dan identitas utama seorang Muslim.

2. Ibadah yang Konsisten

Penceramah menyoroti pentingnya menjaga kualitas ibadah, terutama setelah Ramadhan. “Kita sudah terbiasa sholat malam dan tadarus Al-Qur’an setiap hari selama Ramadhan. Apakah setelahnya masih kita pertahankan?” tanyanya. Ia juga menekankan pentingnya jamaah sholat bagi laki-laki di masjid dan menghindari kebiasaan menunda-nunda sholat karena kesibukan duniawi.

3. Muamalah: Menebar Manfaat

“Khoirunnas anfa’uhum linnas—sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain,” ujarnya. Ia mengajak warga Muhammadiyah untuk aktif dalam dakwah sosial melalui sekolah, Aisyiyah, dan amal usaha Muhammadiyah tanpa berharap imbalan duniawi. “Allah yang akan membayar. Keluarga kita tentram, urusan dimudahkan.”

4. Akhlak Mulia sebagai Cerminan Iman

Penceramah menutup dengan pentingnya menjaga akhlak. “Apa artinya jabatan tinggi kalau tak punya etika?” katanya. Ia mengkritisi merosotnya tata krama dan bahasa sopan santun, terutama di kalangan pelajar. “Bahasa adalah benteng. Mari lestarikan bahasa kromo inggil dan budaya hormat.”

Sebagai penutup, ia mengajak seluruh jamaah untuk hidup bermanfaat seperti pohon pisang. “Selama belum berbuah, ia tidak mati. Tapi begitu berbuah, walau satu, ia siap ditebang. Maka jangan mati sebelum berarti, jangan wafat sebelum bermanfaat,” tandasnya.

Pengajian berlangsung dengan penuh antusias, menginspirasi jamaah untuk terus menjaga semangat Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *