KEHEBATAN PUASA RAMADHAN

Imam Syaukani

Ngaji Dino Iki: # 1711

KEHEBATAN PUASA RAMADHAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

True fasting on Ramadhan is proof of love and belief in Allah swt.
(“Puasa Sejati adalah bukti cinta dan keyakinan kepada Allah swt.”)

Allah swt telah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
O ye who believe! Fasting is prescribed to you as it was prescribed to those before you, that ye may (learn) self-restraint.
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. al Baqarah: 183)

Kalau tak cinta, buat apa capek-capek mengerjakannya (Puasa Ramadhan dan Qiyamu Ramadhan).

Alkisah saat berpuasa Ramadhan, Rasulullah saw dan para sahabat berangkat untuk menaklukkan kota Makkah.
Setiba di satu tempat beliau berkata: “Sesungguhnya kalian telah mendekati musuh dan berbuka adalah lebih kuat untuk kalian.”
Maka esoknya diantara sahabat ada yang berpuasa dan ada yang berbuka.
Abu Sa’id berkata:
رَأَيْتُنِي أَصُومُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ ذَلِكَ وَبَعْدَ ذَلِكَ
“Aku lihat diriku berpuasa bersama Nabi saw sebelum itu dan setelah itu.” (Abu Dawud: 2054)

Dari Hamzah bin Amru Al Aslami ra, bahwa ia berkata
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجِدُ بِي قُوَّةً عَلَى الصِّيَامِ فِي السَّفَرِ فَهَلْ عَلَيَّ جُنَاحٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِيَ رُخْصَةٌ مِنْ اللَّهِ فَمَنْ أَخَذَ بِهَا فَحَسَنٌ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَصُومَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ
قَالَ هَارُونُ فِي حَدِيثِهِ هِيَ رُخْصَةٌ وَلَمْ يَذْكُرْ مِنْ اللَّهِ
Shahih Muslim 1891: “Wahai Rasulullah, aku kuat untuk berpuasa dalam perjalanan. Berdosakah jika aku berpuasa?” Rasulullah saw menjawab: “Berbuka puasa saat dalam perjalanan merupakan keringanan dari Allah. Siapa yang mengambilnya maka itu adalah baik, namun siapa yang lebih suka untuk berpuasa, maka tidak ada dosa atasnya.”

Bila fisik kuat dan tiada uzur saat Safar, sayang bila harus diqadha di luar Ramadhan.
Keutamaan dan ganjarannya berbeda. Semoga Allah swt menguatkan.

Semoga bermanfaat
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dari sahabat mu

Dr. Imam Syaukani, MA
Wakil Ketua PDM Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *